Selasa, 28 Juli 2009

Cerpen : Ruryku

Ruryku

Sore ini akan ada sebuah moment yang berharga dalam hidupku. Aku telah menyiapkan baju terbaikku setelah sebelumnya kubongkar lemari. Sebenarnya nggak ada yang istimewa dari baju-bajuku yang kebanyakan adalah t-shirt, celana jeans serta beberapa kemeja yang selalu dan harus dipakai kalau mau ibadah. Sebenarnya itu bukan dress code kalau mau ke gereja tapi itulah Kak Rury, : “ Kamu ini sudah dewasa masa pergi ke Gereja pake t-shirt seperti anak sekolah minggu aja “. Hmm… usiaku sekarang 17 tahun, usia yang pantas sih untuk mulai care soal penampilan. Tapi aku juga sering melihat banyak anak muda yang seusiaku pergi ke Gereja dengan t-shirt plus celana jeans belel serta embel-embel asksesoris yang kadang membuatku gregetan karena gak bisa memakainya. Karena ada seorang pemerhati untuk setiap penampilanku, dialah Ruryku. Kakak perempuanku yang 1 tahun terakhir ini menempati rumah ini bersamaku.
Pernah suatu kali aku memasang pin dengan gambar grup musik favoritku di t-shirt saat mau main ke mall bukan untuk pergi ke ibadah ehh….Kak Rury langsung mencegatku di pintu kamar.
“ Aduh kamu ini kenapa sih De…. kamu pikir dengan pake benda seperti itu bakal terlihat keren, menarik atau tambah cakep ?!
“ Ayo simpan benda itu atau Kak Rury ambil !”
Akhirnya dengan berat hati aku melepaskan “benda itu”. Tapi kenapa Kak Rury menyebut pin saja gak mau atau jangan-jangan dia benar-benar tidak tau kalau “benda itu” bernama Pin. Dengan sebaris senyum aku beranjak darinya dengan berharap agar aku bisa cepat pergi meninggalkan rumah, kalau tidak teman-temanku pasti akan terlalu lama menungguku. Baru beberapa langkah aku meninggalkan ruang tamu sebuah suara yang amat kukenal memanggil .
“ De…. kamu udah bawa bekal minum belum?”
“Oppss.. bekal minum ??”
“ Iya… nanti kalau kamu main trus haus gimana?”
“ Ya ampun Kak Rury kenapa sich … disana kan ada banyak minuman”
“ Kak Rury juga tahu De… tapi kan minuman di sana……”
“ Udah deh Bu Dokter … janji gak akan minuman yang aneh-aneh, tanpa pemanis buatan, non aklohol dan bersoda dijamin air mineral asli dari gunung Sindoro Sumbing ”
Aku langsung lari meninggalkannya yang masih terdiam. Mungkin dia kaget dengan sebutan ‘Bu Dokter’ barusan. Maklum dia dulunya ingin masuk fakultas kedokteran tapi tidak bisa mengikuti test masuknya karena pada hari H-nya Kak Rury malah jatuh sakit karena seminggu terakhir sebelum test dia menjalani ritual belajar yang ekstra ketat tapi lupa untuk memperhatikan pola makannya. Jadi maagnya kambuh dan harus dirawat di rumah sakit untuk satu minggu kedepan. Setelah itu keinginan untuk kuliah di kedokteran ditangguhkannya. Malahan tahun depan Kak Rury ingin meneruskan kuliah lagi, tapi bukan kedokteran melainkan akan mengambil jurusan akuntansi. Lalu sekelebat pikiran buruk melintas di pikiranku pasti dia akan memperhatikan setiap pengeluaranku, uang jajanku, uang bensin trus dia akan mengumpulkan setiap bon belanja lalu slip penarikan uang di ATMku. Kemudian diakhir bulan akan disusun laporan keuangannya serta dilaporkan langsung dihadapan nyokap dan bokap. Lantas jika pemakaian uangku melebihi jatah seharusnya pasti akan dilakukan pemotongan uang bulaananku. Ahhh…. baru dibayangin saja ngeri apalagi yang nyata. Huhhh….. kenapa aku jadi berpikiran jahat tentang Kak Rury.
Tiba-tiba saja aku merasa begitu kangen dengannya. Hari spesial ini dia tidak ada bersamaku. Tak ada Kak Rury yang selalu repot dengan tatanan rambutku yang katanya mirip bulu landak dan setelan bajuku pasti tak akan mendapat komentar seandainya tidak matching karena saat ini dia diajak oleh Paman berlibur ke Batam. Aku menarik nafas lega saat telah berada di jalanan yang selalu ramai menjelang sore. Sepeda motorku melaju dengan stabil. Sekilas aku memperhatikan wajahku dari balik kaca spion saat lampu merah menyala. Kuperhatikan kembali tatanan rambutku. “Masih rapi...” gumamku dalam hati. Lampu hijau menyala dan aku menyambutnya dengan senyuman simpul. Ahhh….. ingin rasanya cepat sampai di gereja sore ini.
Hari ini adalah untuk pertama kalinya dalam hidupku aku dipercayakan oleh Pengurus pemuda untuk menjadi singers team pujian di acara ibadah gabungan pemudaku dengan gereja pusat. Tepat pukul 6 sore aku tiba, kehadiranku disambut hangat oleh team musik dan rekan sepelayanan yang begitu bersemangat menyalamiku.
“ Cayooo…. De kamu pasti bisa “ Sebaris kata itu berkali-kali aku dengar dari rekan-rekan sepelayananku. Kita saling memberikan semangat satu dengan yang lainnya. Kemudian bersama-sama mencoba menyanyikan kembali lagu-lagu untuk pujian. Tepat pukul 7 nanti ibadah akan dimulai. Seluruh team musik dan pemuji berkumpul untuk berdoa bersama. Meminta kekuatan dan penyertaan dari Tuhan dalam pelayanan ini. Diakhir doa aku menyelipkan kata-kata untuk Ruryku “ Biarlah Tuhan selalu menjagainya, segala hal yang dia lakukan Engkau sertai Ya .. Tuhan, aku sangat mencintainya .. Amin “.
Aku meraih Hp untuk dimatikan selama ibadah namun kuurungkan niatku saat aku melihat tulisan 1 message received dilayar.
“ Cayooo…. Yehezkiel Deni Indra Prasetya km psti bisa, Gbu & Luv u , Rury ”
Rasanya aku ingin meloncat saat membaca kalimat itu. Kak Rury ternyata mengingat jadwal pelayananku hari ini. Hmmm……kayaknya aneh membaca namaku yang panjang itu terpampang dilayar dan untuk pertama kalinya Kak Rury menggunakan kata-kata yang selalu dianggap ‘aneh’ olehnya. Dari mana dia belajar bahasa “ Cayooo…” ??? Aku berpikir sejenak mengenang betapa baik dan sayangnya Kak Ruryku ini.
“Thx, Gbu n luv u too , keep pray for me & hv nic day “ kemudian aku mencari nomor hp Kak Rury lantas mengklik send setelah itu kumatikan hp. Sepuluh menit lagi aku harus berdiri didepan anak-anak Tuhan yang rindu untuk menyembahNya. Kupejamkan mata kembali “ Tuhan bimbing aku dalam pelayanan ini…Amin”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar